Saturday, 23 February 2013

A little-kid Motivation - One is always One.

One is always One

     Well guys, mungkin pemirsa menanyakan "Why should be One? Why not Two, Three and so on?" 
Pada artikel kali ini, saya akan membahaskan tentang salah satu prinsip dan semangat hidup saya, mungkin tulisan dibawah dapat menginspirasi saudara-saudara sekalian. 

    Pada dasarnya penggunaan kata "One is always One." didalam judul artikel ini bukanlah tertuju pada dasar angka maupun nomina suatu barang. Penggunaan "One" diatas yang bersifat sebagai subject pada sentence diatas, sebenarnya hanya sebagai sebuah kata yang mengsubstitusi sebuah GOAL - LIFE AIM ataupun Tujuan Hidup. 

    Sedangkan kata "One is always One." yang lainnya yang bekerja sebagai Object pada sentence diatas merupakan implementasi dari Tujuan Hidup yang menjadi sebuah Hasil Nyata.

    One is always One, apabila anda menyakini diri sendiri akan kesuksesan dalam hidup anda, maka kalimat tersebut dapat menjadi filosofi hidup anda.

    Seperti yang kita ketahui, Sebuah Subject "One" pada kalimat diatas diartikan sebagai : Sebuah Subject "One" merupakan 'Ide Anda' ataupun 'Mimpi Anda' yang pada umumnya semua Mimpi anda bersifat Subjective dan terkadang terkesan hayalan belaka atau tidak nyata. 
  
   Sedangkan yang kita ketahui Sebuah Object "One" pada kalimat diatas diartikan sebagai : Sebuah Object "One" yang merupakan 'Hasil Nyata dari Mimpi Anda' yang pada umumnya semua Hasil Nyata dari Mimpi/Ide bersifat Objective dan dapat dilihat maupun dinikmati hasilnya. 

   
So? What is the connection? Apa sih maksud dari artikel ini? 

Well, Guys..., I'll show u about a very simple math operation, yang mana a little kid can also do it...., Check this out.

      => Think about this. 
  
       Soal Matematika : Suatu hari Ibu guru mengajar pelajaran baru tentang perkalian dan meminta anak-anak kelas 5 SD untuk menuliskan angka-angka sehingga terbentuk angka "10".  Syarat pengerjaan, harus menggunakan operator '+' tambah atau '*' kali.

Ada 3 orang murid : A  B dan C.

1. Murid A memberikan kertasnya ke depan kelas dan menunjukkan dengan bangga.
# Isi Kertas :

10 = 1 * 10 => 10 = 10

Lalu seluruh kelas memberikan tepuk tangan yang sangat roaring kepada si A.

Ibu guru lalu tanya kepada si A, "Mengapa anda lakukan begitu ?"

Si A menjawab pertanyaan bu guru : "dengan mengkalikannya dengan angka 1 sehingga saya tidak perlu capek-capek untuk menghitungnya."


2. Murid B memberikan kertasnya ke depan kelas dan menunjukkan dengan bangga.
#Isi Kertas : 

10 = 2 * 5 => 10 = 10

Lalu seluruh kelas memberikan tepuk tangan yang sangat roaring kepada si B.

Ibu guru lalu tanya kepada si B, "Mengapa anda lakukan begitu ?"

Si B menjawab pertanyaan bu guru : "Karena di Kotak Pinsil Saya, buk, ada tuh tabel-tabel perkalian jadi saya tinggal menyonteknya saja deh..., Hehehehehe"

3. Murid C yang dikenal sebagai murid dengan ranking terakhir dikelas, memberikan kertasnya ke depan kelas.
#Isi Kertas :

10 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1+ 1 + 1 + 1 + 1 => 10 = 10

Lalu seluruh kelas menertawakan hasil kerja si C dan Ibu guru juga terkesan heran mengapa si C tidak menggunakan perkalian saja untuk menghemat penulisan.

Ibu guru lalu bertanya : "Mengapa anda tidak menggunakan perkalian saja?"

Si C menjawab dengan lugu pertanyaan bu guru : "Jujur bu saya tidak mengerti menggunakan perkalian dan saya mengerti menggunakan penambahan. Jadi, tugas tadi saya buat dengan penambahan walaupun saya harus bekerja keras menuliskannya."


Kesimpulan :

AIM maupun GOAL dari ketiga murid adalah angka 10

Akan tetapi, kita harus dengan bijak menanggapi bagaimana cara maupun usaha seseorang dalam mencapai Aim tersebut sehingga menjadi hasil.

Banyak cara dapat digunakan :

Seperti si A : dia mengerti tentang perkalian akan tetapi 'Malas'

        Seseorang yang malas dalam hidupnya, mustahil dapat mencapai tujuan hidupnya apabila untuk menghadapi rintangan hidup saja sudah malas

Seperti si B : dia tidak mengerti perkalian akan tetapi Menyontek atau menggunakan Shortcut.

        Seseorang yang tidak mau berusaha dan belajar untuk menghadapi rintangan hidup ini dan terlebih mengambil jalan pintas dalam menghadapinya, mustahil dapat mencapai tujuan hidupnya, Yes, memang tercapai, akan tetapi itu bukanlah sebuah kesuksesan murni miliknya dan kesuksesan itu adalah temporary. 

         Akan Tetapi si C menunjukan bahwa Kesuksesan dalam Hidup ini memang butuh perjuangan keras untuk menghadapinya dan memerlukan Disiplin dan Kejujuran walaupun untuk mencapainya Anda diejek, dihina maupun ditertawakan oleh orang lain.

One is Always One diterapkan oleh si C. 

          Dimana untuk mencapai mimpi-mimpi / Aim / Goal kita memang memiliki banyak sekali cara. Akan tetapi, apabila kita tidak berani untuk mulai dari hal yang kecil dan berani malu, sakit, menderita. Kita tidak akan mencapai apa yang menjadi Objective kita. Dan ingatlah, Komitmen itu penting. One is always One, tidak akan menjadi Two or Three.

       So, apabila anda berkomitmen, maka lanjutkan terus perjuangan anda dan fokus pada satu tujuan. Jangan merasa ragu dan mengubah-ubah tujuan hidup anda. 

Sekian Artikel ini..., semoga setelah anda membaca motivasi ini. Anda mengclose web browser ini dan melanjutkan cita-cita dan semangat anda dalam mencapai GOAL Anda. Salam Sukses. 

Composed by : William Lim










        







6 comments:

  1. Ane tak stuju nih ama Adinda mengenai yang ini: "Seperti si A : dia mengerti tentang perkalian akan tetapi 'Malas'"
    menurut ane itu sih fair" aja..
    semakin pintar dan cerdas seseorang, maka semakin efisienlah pekerjaannya. Malas itu hanya untuk orang yang bisa tapi tidak mau berjuang. Dalam hal ini si A menggunakan pemahamannya dalam perkalian untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Seharusnya Adinda harus memberi apresiasi yang lebih baik dari si C. Karena C tidak mengerti perkalian. Dan menurut saya, kita harus belajar dari si A, bukanlah si C. Walaupun begitu, ada satu hal yang harus dipuji dari si C. Yaitu ketekunannya dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan keinginannya untuk berusaha dengan jujur walaupun ia mengetahui kekurangannya dibandingkan si A.
    Saran ane:
    Work hard is good. But work smart is much better. :D

    ReplyDelete
  2. Terima Kasih Kepada Saudara Anthonius Kosasih atas Opini dan Perspective yang diberikan.

    Saya ingin memberikan sebuah masukan melalui cara perspektif saya dalam menanggapi kasus ini.

    "Work hard is good. Work smart is much better. " - Anthonius Kosasih.

    I'm in accord dengan pendapat saudara.

    Akan tetapi hal yang ditekankan didalam artikel tersebut adalah bagaimana usaha seseorang mencapai sesuatu sehingga menjadi sebuah hasil Dalam kasus ini diimplementasikan kedalam soal 3 orang murid tadi.

    Well, apa yang dilakukan oleh Si A. Memang benar, akan tetapi Saudara juga harus mempertimbangkan bahwa yang dilakukan oleh Si A merupakan hal yang sangat instant, dan dilalui oleh dia tanpa satu buah proses yang berarti.

    Mengapa harus melalui proses?

    Karena didalam dunia nyata, sangatlah mustahil untuk mencapai dari Titik A ke Z tanpa melalui titik B, C, D dll. Memang bisa kita mencapai titik Z langsung dari A.

    Akantetapi, apabila lain kali ada permasalahan yang variatif, maka Si A tidak punya pengalaman yang berarti baginya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dia Hanya mengerti bagaimana mencapai Z tetapi tidak mengerti mencapai titik2 lainnya.

    Keuntungan dari Si C yaitu dia menpelajari setiap usaha yang dilakukan dengan dimulai dari hal yang sekecil apapun.

    Cara kerja yang efisien tidak datang secara spontan. Akantetapi, setiap cara efisien dilahirkan dari mempelajari 'sebuah proses'.

    Tidak ada seorang yang terlahirkan sebagai seorang Genius. tetapi seorang genius terlahir oleh karya-karya yang ditempanya dari sebuah proses.

    *Note : sebenarnya Si A hanya mengerti perkalian dan perlu diingat perkalian itu tidak ada tanpa penambahan.

    Walaupun perkalian lebih cepat dari penambahan. Akantetapi, fllosofi perkalian berasal dari proses penambahan yang dapat dikembangkan menjadi perkalian.

    ReplyDelete
  3. Btw, C juga merupakan bahasa pemograman yang w pelajari pertama kali..., wkwkwkwwkwkk LOL

    ReplyDelete
  4. Ane semakin tak setuju dengan pendapat Adinda..
    bagaimana mungkin si A bisa mengimplementasikan kemampuan perkaliannya tanpa melalui proses pemahaman terhadap penambahan?
    Seperti yang kita tahu, sebelum kita mempelajari perkalian, pastinya kita harus memahami benar penjumlahan dan pengurangan. Oleh sebab itu, 'sebuah proses' yang Adinda maksud itu sudah dilalui oleh si A. Memahami perkalian dan menyelesaikan persoalan dengan perkalian instead of penambahan itu bukanlah berarti ia seorang genius. Apakah mungkin ahli matematika menyelesaikan segala perhitungan dengan penjumlahan walaupun ia tahu bagaimana cara melakukan perkalian hanya demi 'sebuah proses' yang Adinda maksud?

    ReplyDelete
  5. Terima kasih lagi atas comment dan sarannya wkwkwkw....

    Well, Yang dibahas diatas bukanlah sebuah promatika matematika semata.

    Tetapi anda perlu membaca maksud tersirat dari bacaan diatas...

    Apa yang dibahas beliau diatas dan dikaitkan dengan seorang genius dan penambahan dan perkalian itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan persoalan matematika.

    Hubungannya adalah kepada maksud tersiratnya.

    Istilahnya :
    - Penambahan tuh adalah proses kita mempelajari proses itu untuk mendapatkan hasil.
    - Perkalian tuh adalah cara instant untuk mendapatkan hasil itu.

    * Sorry, bro, kita enggak bahas pengurangan, tuh udah cerita lain LOL.

    Nah, based dari pada mindset dan opini yang tersirat diatas, itu semua berdasar pada sebuah MOTIVASI kepada Adinda2 sekalian untuk berani mengambil tindakan sekecil apapun untuk memulai MIMPI anda sekalian....

    Yang Dikecam disini Adalah ATTITUDE, ATTITUDE, ATTITUDE baru skill.

    Orang Jaman sekarang, untuk mencapai mimpinya walaupun dia skillful tapi tidak berattitude maupun beretika baik dan Malas itu == NULL.

    Tapi orang yang beretika dan berattitude serta berpendirian untuk belajar dan bekerja keras baru lah orang yang berkembang...

    Jadi seorang ahli matematika tidak perlu menyelesaikan masalah dengan penambahan, pakek saja perkalian..., tetapi ingat ilmu anda bukan hanya diperkalian aja saudara..., masih ada logaritma dan banyak cara" penyelesaian yang lain. jadi ilmu tuh dan usaha tuh ditempa, supaya anda berkembang.

    Seperti halnya yang anda maksud diatas :

    Orang yang telah sukses relatifnya Attitude berubah..., ada yang berubah drastis dan ada malah yang dari buruk menuju baik.

    Si A hanya menuliskan 10 = 1 * 10.
    Dan menjawab bahwa ia malas untuk menuliskannya panjang-panjang.

    Hal tersebut mencerminkan bahwa orang yang sukses pun masih ada yang berkelakuan lebih malas dan lebih pelit untuk mensharing kepada orang lain.

    Toh, ia tidak memiliki minat untuk mensharing cara" lainnya kepada kawan sekelasnya.

    Overall, Artikel yang ditulis diatas merupakan sebuah artikel yang digunakan untuk MeMOTIVASI para pemirsa didepan gadget anda dimana pun anda berada.

    Sebuah Motivasi untuk pemirsa agar berani bermimpi walaupun anda hanyalah orang terbodoh maupun termiskin seluruh dunia. Dan apabila anda merupakan orang terpintar maupun terkaya seluruh dunia. Ingat lah diatas masih ada luar angkasa "LOL". Jadi tetaplah berpegang teguh dengan Bumi / pendirian anda dan selalu belajar apabila anda tidak ingin tergoncang. Trims....

    ReplyDelete
  6. Hmm.. I believe knowledge is born to simplify our problems. So we must use our knowledge to get the best solution in all problems in order to improve our life.. I bet you are not willing to walk to USU from your home for 'a process'. You prefer to ride motorcycle, right? I also bet that mathematicians won't use addition to solve their problems. In addition, by being skillful is a prove that the person is not lazy and he's willing to learn..

    ReplyDelete